Kamis, 21 Oktober 2010

Unforgetable Moment

Padang, 26 September 2010. Matahari mulai menampakkan wajahnya di ufuk timur, jam sudah menunjukkan pukul 07.15 Menit. Badan terasa capek dan mata masih mengantuk, tetapi rencana yang sudah di susun sejak semalam tidak boleh berantakan. Ku kibaskan selimut langsung menuju kamar mandi, ku siram tubuhku dengan air yang dingin, brrrrrrrrrrr.
         Waktu di handphoneku sudah menunjukkan pukul 08.22 menit, halte bus kampus Pasar Baru tempat janjian bertemu memang sudah rame seperti hari biasa, tetapi tidak satupun yang kukenali, sambil menunggu ku isi pulsa di salah satu gerai handpone yang tidak jauh dari halte bis dan sesekali melihat ke kiri dan kekanan memastikan ada yang kukenali. Dua puluh menit kemudian Yahya teman satu kos orang pertama yang datang setelah aku, setelah berbincang-bincang kira-kira 15 menit, Erza temanku yang lain juga datang dan berturut-turut dalam hitungan menit teman-teman lain mulai berdatangan seperti Iman, Medi, Mas Adi dan Farid. berhubung yang datang hanya 7 orang kami semula berniat membatalkan acara hiking, tetapi Mas Adi dan teman-teman lain  meyakinkan bahwa dengan bertujuhpun acara pasti seru jika dilakukan dengan hati.
          Setelah berunding dan memastikan keberangkatan kamipun naik angkot "Lurus" tujuan Pasar Raya Padang, ada yang berkesan dari perjalanan kami waktu itu, di perempatan simpang Proklamasi, ketika angkot yang kami tumpangi berhenti karena lampu merah, 2 orang pengamen jalanan yang kira-kira berusia 15 tahunan menyanyikan lagu dengan lirik yang lucu seperti ini:

        "Tubuhku kecil tapi kuat
          karena ku suka makan obat
          untuk melawan para pejabat
          yang suka makan uang rakyat...

          ayahku batman
          mamaku wonderwoman
          pak RT ku Jackie chan
          semua keren
          tapi sayang aku seorang pengamen...

          kakak-kakak jangan ketawa,
          aku hanya bercanda
          sebenarnya aku orang kaya,
          tapi itu baru rencana


Setelah membeli beberapa bekal makan siang di seputar kawasan Pasar Raya, kami terus menyusuri kawasan pondok untuk dapat mencapai bukit Gunung Padang sebagai lokasi hiking dan tentu saja kami akan melewati jembatan siti Nurbaya yang termasyur itu. di kawasan pondok kami menikmati wisata kota tua yang menyajikan rumah-rumah kuno nan eksotik, namun sayang sebagian besar rumah-rumah telah rontok diguncang gempa 30 september 2009 yang lalu, beberapa rumah memang sempat kami abadikan seperti gedung bekas Bank Soematra dan beberapa gudang dizaman belanda. finally beberapa menit kemudian kerinduan untuk menyusuri jembatan Siti Nurbaya terbayar sudah, kami pun tidak mensia-siakan kesempatan yang ada, langsung beberapa foto kebersamaan kami di jembatan ini, berhasil diambil. setelah puas melihat sungai  Batang Arau dari atas jembatan, kamipun melanjutkan perjalanan, sempat terfikir dalam benakku "dimana kira-kira kuburan Siti Nurbaya ?".



 




Kawasan bukit gado-gado yang merupakan bagian dari gugusan bukit Gunung Padang menyajikan pemandangan kota yang indah, meski hujan mulai turun kami tidak ketinggalan mengabadikan kawasan tersebut yang merupakan kawasan kuburan cina. beberapa kuburan berdiri megah diantara rumah-rumah warga, sungguh pemandangan yang tidak biasa, mungkin inilah asal kata nama bukit gado-gado yang dalam bahasa indonesia berarti "Campur Sari", dimana kuburan bercmpur dengan perumahan warga. kemiringan bukit gadi-gado yang mencapai 45 derjat cukup menguras tenaga untuk menapakinya, kamipun berhenti di sebuah bangunan sekolah dasar (SD) berhubung hujan mulai deras, disana kami beristirahat sejenak sambil bersenda gurau. Setelah hujan mulai reda kamipun melanjutkan jalan berharap tengah hari kami tiba di kawasan Pantai Air Manis.





 
Jalan seteapak di kawasan gunung Padang memang menyajikan berbagai tipe jalan, mulai dari jalan bersemen, berpasir sampai jalan tanah yang tidak tersentuh pembangunan, kami harus hati-hati di etape jalan tanah karena hujan membuat jalanan licin dan cukup membahayakan bagi kami. Di tengah perjalanan kami dihadang oleh sebatang pohon yang tumbang dan melintang di badan jalan, satu jepretan kami mengabadikan situasi kami yang sedikit "alai" menirukan gaya Rambo yang sedang menyusuri hutan belantara Vietnam. dan beberapa waktu kami berhasil menembus jalan besar yang sedang dibangun oleh pemerintah. Pemandangan pantai air manis dan pulau pisang mulai kelihatan hati bersorak gembira.






Pukul 11.29 menit kami sampai dikawasan pantai Air Manis, berhubung hujan kembali datang kawasan pantai sangat sepi, kami memanfaatkan situasi ini untuk menikmati pantai layaknya milik sendiri, dan berenang hingga ke laut, setelah menguras abis bekal makan siang yang kami bawa. Setelah puas berenang kami pun mengadakan perlombaan membuat istana pasir dan kuburan pasir, meski pada akhirya kami lupa sedang berlomba, situasi ini membuat kawan-kawan menumpahkan semua ekspresi dan rasa penat yang kami bawa dari rumah. Benar-benar pengalaman luar biasa, unforgetable moment.

Setelah puas kamipun membersihkan diri di Bilik Mandi Umum, dan bersiap-siap untuk sholat dzuhur dan pulang. Setelah menunggu hampir dua jam, tepatnya pukul 15.55 menit kami belum juga mendapatkan angkutan umum yang akan membawa kami kembali ke rumah, kami memutuskan untuk sholat ashar di sebuah musholla bergaya India, nama musholla tersebut "Musholla Istiqomah", dan penantian kami terus berlanjut hingga pukul 17.40 menit, rasa khawatir terus menghantui kami, bagaimana jkia kami tidak bisa kembali ke kota, dimana kami harus menginap"?. kami pun bertanya pada penduduk setempat, "angkutan kota yang lewat terakhir jam berapa?" jawaban yang diberikan menambah rasa takut kami ,karena menurut masyarakat setempat, angkutan umum beroperasi sampai jam enam sore dan itupun hanya ada satu angkot waduh...gawat nich!.



Alhamdulillah..kekhawatiran kami tidak kesampaian, pukul 18 lewat kami mendapatkan angkutan penuh sesak. Meski berdesakan kami menerima situasi ini dengan lapang dada dan saling berbagai tempat dengan penumpang lain, kejadian ini tidak membuat kami kapok untuk kembali lagi, apalagi saya yang tidak berkesempatan menjenguk Malin kundang pada kesempatan kali ini berhubung hujan deras, berharap di lain kesempatan, Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar